SAMPLING HEWAN TANAH DENGAN METODA SORTIR DENGAN TANGAN
LAPORAN PRAKTIKUM
SAMPLING HEWAN TANAH DENGAN METODA SORTIR DENGAN TANGAN
Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Sata Y. Srie Rahayu, M.Si.
Beata Ratnawati. ST, M.Si.
Asisten Dosen :
Elva Febiyanti Faidah Warohmah, A.Md.
Hanum Hydena Hadianti, A.Md.
TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kualitas tanah merupakan kemampuan tanah yang menggambarkan ekosistem tertentu untuk keberlanjutan sistem pertanian. Kualitas tanah menunjukkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang berperan dalam menyediakan kondisi untuk pertumbuhan tanaman, aktivitas biologi, mengatur aliran air dan sebagai filter lingkungan terhadap polutan (Doran dan Parkin, 1994). Kualitas tanah umumnya ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah. Untuk menentukan kualitas tanah secara kimia perlu dilalukan analisa kimia yang biayanya relatif mahal. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas tanah dengan biaya relatif murah, tetapi cepat dan akurat, adalah dengan mengunakan organisme dalam tanah sebagai bioindikator. Paoletti et al. (1991) mendemonstrasikan bahwa fauna tanah dan mikroorganisme dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas tanah akibat perubahan lingkungan. Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan penanaman secara monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya penurunan secara nyata biodiversitas makrofauna tanah (Crossley et al., 1992; Paoletti et al., 1992; Pankhurst, 1994). Mengingat pentingnya peran fauna tanah dalam menjaga keseimbangan ekosistem tanah dan masih relatif terbatasnya informasi mengenai keberadaan fauna tanah, perlu dieksplorasi potensi fauna tanah sebagai bioindikator kualitas tanah. Fauna tanah, termasuk di dalamnya serangga tanah, memiliki keanekaragaman yang tinggi dan masing-masing mempunyai peran dalam ekosistem (Maftu’ah Emi, dkk, 2005).
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan totalitas dari kehidupan organisme di suatu kawasan tertentu. Total biodiversitas pada suatu bentang lahan tertentu (diversitas gamma) merupakan fungsi dari diversitas lokal atau habitat tertentu (diversitas alfa) dan perbedaan komposisi spesies (diversitas beta) (Whittaker dalam Giller et al., 1997). Biodiversitas tanah merupakan salah satu bentuk diversitas alfa yang sangat berperan dalam mempertahankan sekaligus meningkatkan fungsi tanah untuk menopang kehidupan di dalam dan di atasnya. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan totalitas dari kehidupan organisme di suatu kawasan tertentu. Total biodiversitas pada suatu bentang lahan tertentu (diversitas gamma) merupakan fungsi dari diversitas lokal atau habitat tertentu (diversitas alfa) dan perbedaan komposisi spesies (diversitas beta) (Whittaker dalam Giller et al., 1997). Biodiversitas tanah merupakan salah satu bentuk diversitas alfa yang sangat berperan dalam mempertahankan sekaligus meningkatkan fungsi tanah untuk menopang kehidupan di dalam dan di atasnya. Sedangkan Wallwork (1970) mengelompokkan fauna tanah berdasarkan: ukuran tubuh (makrofauna, mesofauna dan mikrofauna), status keberadaannya di tanah (sementara/ transien, temporer, periodik dan permanen), preferensi habitat (hidrofil, xerofil, mesofil dan lain-lain) dan aktivitasnya (karnivora, saprofagus, fungifagus, fitofagus dan lain-lain) (Sugiyarto, 2000).
Peran makrofauna tanah adalah menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aerasi tanah dan sebagainya. Menurut Rousseau et al. (2013), makrofauna tanah merupakan indikator yang paling sensitif terhadap perubahan dalam penggunaan lahan, sehingga dapat digunakan untuk menduga kualitas lahan. Dalam menjalankan aktivitas hidupnya, makrofauna tanah memerlukan persyaratan tertentu. Kondisi lingkungan merupakan faktor utama yang menentukan kelangsungan hidupnya, yaitu: iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari (Hakim et al. 1986 dalam Sugiyarto et al 2007). Menurut Notohadiprawiro (1998) dalam Sugiyarto et al. (2007), makrofauna tanah lebih banyak ditemukan pada daerah dengan keadaan lembab dan kondisi tanah yang memiliki tingkat kemasaman lemah sampai netral. Oleh karena itu, keberadaan makrofauna tanah dapat menjadi penduga kualitas lingkungan, terutama kondisi tanah (Wibowo Cahyo dan Slamet Syamsudin Ahmad Slamet, 2017).
1.1 Tujuan
Tujuan dari paktikum ini adalah untuk melihat komposisi fauna tanah pada berbagai kondisi lingkungan, mengamati kehadiran fauna tanah dan faktor pembatasnya, mengamati peran fauna tanah bagi lingkungan, dan mengevaluasi kemungkinan fauna tanah sebagai bioindikator bagi lingkungan.
1.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bak dan ember palstik, cangkul, garpu tanah, dan sekop kecil, botol kecil tempat menyimpan sampel fauna tanah, kaca pembesar, dan mikroskop binokuler.Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah dari lingkungan terbuka, tanah dari bawah naungan vegetasi atau tertutup vegetasi, dan tanah dari tempat buangan yang berpotensi mencemari lingkungan.
1.4 Metode Kerja
Pilihlah berbagai tempat yang akan diamati. Ukurlah luasan tanah menjadi 30x30 cm2 dan 60x60 cm2. Luasan tanah ukuran 30x30 cm2, galilah sedalam 15 cm (lapisan top soil) pisahkan setiap kedalaman 5 cm secara berurutan. Luasan tanah ukuran 60x60 cm2, galilah sedalam 30 cm (lapisan top soil) pisahkan setiap kedalaman 10 cm secara berurutan. Amati pada setiap lapisan tanah tersebut fauna tanah yang anda jumpai secara makroskopis maupun mikroskopis. Koleksi dan kumpulkansetiap jenis fauna tanah tersebut untuk keperluan identifikasi dan mengukur kelimpahannya pada setiap tempat yang berbeda pada luasan tertentu. Catat dan kompilasi hasil penemuan anda dalam suatu matriks yang menghubungkan antara keberadaan setiap jenis fauna tanah (setiap kedalaman 5 cm). Amati kondisi komposisi bahan organik pada setiap tanah yang diambil. Amati kondisi fisik dari tanah yang diambil. Cari dan diskusikan peran masing – masing fauna tanah yang anda jumpai. Hubungkan antara keberadaan, kelimpahan, dan dominasi dari masing masing fauna tanah tersebut dengan kondisi lingkungan yang berbeda sebagai faktor pembatasnya. Bandingkan hasil pengamatan pada luasan 30x30 cm2 dan 60x60 cm2. Dapatkah fauna tanah ini dijadikan sebagai bioindikator dalam mengevaluasi kesehatan lingkungan?.
BAB I I
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Hewan Tanah Addienia S.F pada Tanah dari Lahan di bawah Kanopi
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 2 | - |
Tabel 2. a Hasil Pengamatan Hewan Tanah Arisca Wulan pada Tanah dari bawah Kanopi
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 2 | - |
2. | Semut Hitam | Monomorium minimum | 3 | 5 |
3. | Uret | Lepidiota stigma | - | 2 |
Tabel 2.b Hasil Pengamatan Hewan Tanah Arisca Wulan pada Tanah dari Lahan Terbuka
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 5 | 2 |
2. | Semut Hitam | Monomorium minimum | - | - |
3. | Uret | Lepidiota stigma | - | 3 |
Tabel 2.c Hasil pengamatan hewan tanah Arisca Wulan pada tanah dari lahan terduga tercemar
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 5 | 6 |
3. | Uret | Lepidiota stigma | 1 | 2 |
Tabel 3. Hasil pengamatan hewan tanah Elmi Nurul pada Tanah dari lahan terduga tercemar
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 9 | 23 |
2. | Orong-orong | Gryllotalpidae | 1 | - |
Tabel 4.a Hasil pengamatan hewan tanah Marandika pada tanah dari lahan di bawah kanopi
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 2 | 3 |
2. | Semut Hitam | Monomorium minimum | 1 | 2 |
Tabel 4.c Hasil Pengamatan Hewan Tanah Marandika Widaya pada Tanah dari Lahan Terbuka
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 1 | 4 |
2. | Semut Hitam | Monomorium minimum | 2 | - |
Tabel 5.a Hasil pengamatan hewan tanah Purnama Syukro pada tanah dari lahan di bawah kanopi
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 2 | 22 |
2. | Lipan kecil | 1 | - |
Tabel 5.b Hasil Pengamatan Hewan Tanah Purnama Syukro pada Tanah dari Lahan Terbuka
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 4 | 9 |
2. | Ulat Hitam | 1 | - |
Tabel 5.e Hasil pengamatan hewan tanah Purnama Syukro pada tanah dari lahan terduga tercemar
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | - | 1 |
Tabel 6.a Hasil Pengamatan Hewan Tanah Yurie Hasna pada Tanah dari Bawah Kanopi
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 1 | 4 |
2. | Semut Hitam | Monomorium minimum | 4 | 3 |
Tabel 6.b Hasil Pengamatan Hewan Tanah Yurie Hasna pada Tanah dari Lahan Terbuka
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Semut Hitam | Monomorium minimum | 4 | - |
Tabel 6.c Hasil pengamatan hewan tanah Yurie Hasna pada Tanah dari Lahan Terduga tercemar
No | Jenis Hewan Tanah | Nama Latin | Jumlah Individu dengan Luasan | |
30 x 30 cm | 60 x 60 cm | |||
1. | Cacing tanah | Lumbricina | 2 | 4 |
2. | Semut Firaun | Monomorium pharaonis | 6 | - |
Keterangan : Apabila terdapat tabel yang tidak tercantum di atas, hal tersebut dikarenakan hasil pengamatan tidak ditemukan hewan tanah jenis apapun
Tabel 7.a Hasil Pengamatan Hewan Tanah pada tanah dari lahan di bawah kanopi dengan Luasan 30 x 30 cm
No | Jenis Hewan Tanah | Parameter | ||
Kepadatan | Kepadatan Relatif | Frekuensi Kehadiaran | ||
1. | Cacing Tanah | 0,5 | 50% | 44,44% |
2. | Semut Hitam | 0,4444 | 5,56% | 27,78% |
3. | Lipan Hitam | 0,0556 | 44,44% | 0,06% |
Tabel 7. b Hasil Pengamatan Hewan Tanah pada tanah dari lahan di bawah kanopi dengan Luasan 60 x 60 cm
No | Jenis Hewan Tanah | Parameter | ||
Kepadatan | Kepadatan Relatif | Frekuensi Kehadiaran | ||
1. | Cacing Tanah | 1,6111 | 80,56% | 38,9% |
2. | Uret | 0,1111 | 5,55% | 11,1% |
3. | Semut Hitam | 0,2777 | 13,89% | 16,7% |
Tabel 8. a Hasil Pengamatan Hewan Tanah pada tanah dari lahan Terbuka dengan Luasan 30 x 30 cm
No | Jenis Hewan Tanah | Parameter | ||
Kepadatan | Kepadatan Relatif | Frekuensi Kehadiaran | ||
1. | Cacing Tanah | 0,5555 | 58,83% | 33,3% |
2. | Semut Hitam | 0,3333 | 35,29% | 16,7% |
3. | Ulat Hitam | 0,0555 | 5,88% | 5,56% |
Tabel 8. b Hasil Pengamatan Hewan Tanah pada tanah dari lahan Terbuka dengan Luasan
60 x 60 cm
No | Jenis Hewan Tanah | Parameter | ||
Kepadatan | Kepadatan Relatif | Frekuensi Kehadiaran | ||
1. | Cacing Tanah | 0,8333 | 83,34% | 33,3% |
2. | Uret | 0,1666 | 16,66% | 11,1% |
Tabel 9. a Hasil Pengamatan Hewan Tanah pada tanah dari lahan terduga tercemar dengan Luasan 30 x 30 cm
No | Jenis Hewan Tanah | Parameter | ||
Kepadatan | Kepadatan Relatif | Frekuensi Kehadiaran | ||
1. | Cacing Tanah | 1,066 | 66,66% | 46,67% |
2. | Semut Firaun | 0,4 | 25,01% | 13,34% |
3. | Uret | 0,0666 | 4,17% | 6,67% |
4. | Orong-orong | 0,0666 | 4,17% | 6,67% |
Tabel 9. b Hasil Pengamatan Hewan Tanah pada tanah dari lahan terduga tercemar dengan Luasan 60 x 60 cm
No | Jenis Hewan Tanah | Parameter | ||
Kepadatan | Kepadatan Relatif | Frekuensi Kehadiaran | ||
1. | Cacing Tanah | 2,2667 | 94,45% | 60% |
2. | Uret | 0,1333 | 5,55% | 6,67% |
Perhitungan :
Jenis lahan di bawah kanopi dengan luasan 30 x 30 cm
Jumlah contoh unit : 3 unit x 6 orang = 18 unit
Jumlah unit yang ditemukan cacing : 8 unit
Jumlah unit yang ditemukan semut hitam : 5 unit
Jumlah unit yang ditemukan Lipan kecil : 1 unit
2.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan yang berbeda dapat diketahui bahwa pada luasan tanah 30 cm x 30 cm dan 60 cm x 60 cm memiliki nilai yang berbeda di ketiga lokasi sampling. Berdasarkan hasil pengamatan pada lahan tanah dengan luasan 30 cm x 30 cm dan 60 cm x 60 cm, dilakukan beberapa perhitungan parameter, yaitu kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran. Salah satu contoh perhitungannya yaitu pada jenis fauna cacing tanah dilakukan perhitungan parameter kepadatan dengan cara menjumlahkan individu cacing tanah yang dibagi dengan jumlah unit contoh dan didapatkan hasil sebesar 0,5. Kepadatan relatif cacing tanah didapatkan dengan cara memasukkan nilai kepadatan jenis cacing tanah yang sudah didapatkan tadi lalu dibagi dengan kepadatan semua jenis dan diapatkan hasil sebesar 50%. Sedangkan nilai frekuensi kehadiran, didapatkan dari jumlah unit contoh cacing tanah dibagi dengan jumlah semua unit contoh dan didapatkan sebesar 44,44%. Pada lahan di bawah kanopi dengan ukuran 30 cm x 30 cm frekuensi kehadiran cacing tanah, semut hitam, dan lipan hitam lebih tinggi dibandingkan dengan lahan dengan luasan 60 cm x 60 cm. Hal serupa juga terjadi pada lahan terbuka dan lahan terduga terjadi pencemaran. Perbedaan frekuensi kehadiran makrofauna dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik atau makanan yang tersedia di habitat. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Sumarto dan Koneri (2016), bahwa di dalam habitat makhluk hidup faktor abiotik dan biotik saling berhubungan membentuk satu kesatuan yang saling berinteraksi secara kompleks sehingga dapat memudahkan fauna dalam mencari makan, istirahat, berkembang biak, memlihara anak, hidup bersosial, dan aktivitas lainnya.
Perbedaan hasil sampling makrofauna tanah berdasarkan luasan area sampling dan jenis lokasi samplingnya dipengaruhi faktor pendukung habitat. Berdasarkan tabel pengamatan pada tabel 7a; 7b; 8a; 8b; 9a; dan 9b dapat dilihat bahwa keanekargaman fauna tanah memiliki variasi yang berbeda pada lokasi yang berbeda pula. Pada semua lahan sampling didominasi oleh cacing tanah, perbedaan variasi terletak pada lahan terbuka yaitu adanya ulat hitam dan uret pada lahan tercemar. Menurut Utami B dan Jannah (2012), faktor penentu kehadiran makrofauna di ekosistem adalah adanya keseuaian lingkungan, ketersediaan makanan, adanya predator dan fungsi ekologis. Makrofauna dengan jenis herbivora bergantung pada vegetasi alam, sedangkan makrofauna dengan jenis karnivora akan bergantung pada kepadatan mangsa di dalam ekosistemnya.
Adanya berbagai kegiatan manusia dapat memberikan perubahan pada lingkungan sekitar, termasuk perubahan kandungan hara tanah dan terjadinya erosi pada lapisan permukaan tanah yang terbuka. Tanah yang terbuka atau tanpa tajuk tanaman dapat mengurangi lapisan tanah yang subur dan menghilangkan serasah sebagai penyimpan hara sebelum diurai oleh organisme pengurai sekaligus sebagai pelindung dari jatuhnya air hujan secara langsung ke atas permukaan tanah. Habitat menjadi komponen penting dalam kelangsungan hidup fauna tanah karena faktor biotik dan abiotik yang terdapat pada habitat dapat mempengaruhi keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah (Hilwan dan Handayani, 2013).
Menurut Risman dan Ikhsan (2017), keberadaaan fauna tanah memegang pernan penting dalam ekosistem tanah karena kesuburan tanah ditentukan dari proses dekomposisi bahan organik dalam tanah yang dilakukan oleh fauna tanah. Hal tersebut juga disampaikan oleh Handayanto dan Hariah (2009) dalam Aminullah et al (2015) yang menyatakan bahwa fauna tanah berperan dalam mengubah bahan organik menjadi bentuk senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Salah satu bagian dari fauna tanah adalah makrofauna. Fauna tanah ini merupakan hewan tanah berukuran kurang dari 2 mm. Beberapa jenis makrofauna diantaranya adalah cacing tanah (klas Oligochaeta) dan makroarthopoda seperti rayap (ordo Isopetera), semut (ordo Hymenoptera), moluska (ordo Gastropoda), milipida (ordo Diplopoda) dan sentipida (ordo Chilopoda).
Menurut Wibowo dan Slamet (2014) dalam Pariyanto et al (2020), makrofauna merupakan indikator yang paling sensitif terhadap perubahan dalam penggunaan lahan, sehingga dapat digunakan dalam pendugaan kualitas lahan. Faktor utama yang mempengaruhi kelangsungan hidup makrofauna diantaranya, adalah iklim (curah hujan dan suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang, rumput) serta cahaya matahari. Sistem pengelolaan tanah dan karakteristik vegetasi berpengaruh terhadap kualitas tanah. Sistem tanpa olah tanah atau pengolahan tanah minimum, tutupan lahan yang konstan, maupun sistem rotasi tanam mempengaruhi perkembangan organisme di dalam tanah (Anggriawan, et al. 2020).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Baredasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada luasan tanah 30 cm x 30 cm dan 60 cm x 60 cm memiliki nilai berbeda di ketiga lokasi sampling. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa cacing tanah memiliki frekuansi kehadiran sebesar 44.44%, yang mana konstansi cacing tanah masuk kedalam katergori Assesori. Pada lahan dibawah kanopi dengan ukuran 30 cm x 30 cm memiliki frekuensi kehadiran cacing tanah, semut hitam, dan lipan hitma lebih tinggi dibandingkan dengan lahan luasan 60 cm x 60 cm. perbedaan frekuensi kehadiran makrofauna dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan organic atau makanan yang tersedia dihabitatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggriawan R, Mulyawan R, dan Santari PT. 2020. Mesofauna Tanah : Diversitas dan Kelimpahannya Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan Berbeda di Bogor, Jawa Barat. Jurnal Agrotrop. 8(1) : 1-9.
Aminullah Y, Mahmudati N, dan Zaenab S. 2015. Keanekaragaman Makrofauna Tnaah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu Sebagai Bahan Ajar Biologi SMA. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. 1(2) : 178-187.
Hilwan I dan Handayani EP. 2013. Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna Tanah pada Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepualauan Bangka Belitung. Jurnal Silvikultur Tropika. 4(1) : 35-41.
Maftu’ah Emi, dkk. 2005. Potensi makrofauna tanah sebagai bioindikator kualitas tanah gambut. Jurnal Bioscientiae 2(1) : 1-14.
Pariyanto, Sulaiman E, dan Ihdana B. 2020. Keanekaragaman Makrofauna Tanah di Perkebunan Kopi Desa Batu Kalung Kecamatan Muara Kabupaten Kepahiang. Jurnal Biologi. 2(2) : 44-51.
Risman dan Ikhsan A. 2017. Penggambaran Makrofauna dan Mesofauna Tanah Dibawan Tegakan Karet (Hevea brazilliensis) di Lahan Gambut. JOM Fakultas Pertanian. 4(2) : 1-15.
Sugiyarto. 2000. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai umur tegakan sengon di Rph Jatirejo, Kabupaten Kediri. Jurnal Biodiversitas 6(1) : 47-53.
Sumarto S dan Koneri. 2016. Ekologi Hewan. Bandung : CV Patra Media Grafindo.
Utami B dan Jannah Sn. 2012. Identifikasi Makrofauna Tanah di Zona Pasif Tempat pembuangan Akhir Klotok Kota Kediri. Jurnal FKIP UNS. 9(1) : 780-785.
Komentar
Posting Komentar